Image and video hosting by TinyPic

Oktohari Bangga Dengan Prestasi Atlet Indonesia

Indonesia hampir dipastikan tidak mencapai target medali di Olimpiade 2016 ini. Satu hal positif yang didapat dari hajatan ini adalah persiapan yang lebih baik.

Rabu (17/8) malam, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil mengharumkan nama Indonesia setelah meraih medali emas cabang bulutangkis nomor ganda campuran. Pasangan pemilik tiga gelar All England itu menundukkan duo Malaysia, Peng Soon/Goh Liu Ying, dengan kemenangan games pertama 21-14 dan hasil games kedua 21-12.

Raja Sapta Oktohari
Keberhasilan ini mengembalikan tradisi emas Indonesia di Olimpiade. Pada Olimpiade London empat tahun lalu Indonesia cuma membawa pulang satu perak dan satu perunggu dari angkat besi. Sementara tahun ini kontingen Indonesia sudah meraih satu emas dan dua perak.

Tapi jika direview secara keseluruhan, jumlah medali Indonesia masih belum mencapai target yang dicanangkan Menpora Imam Nahrawi yakni dua medali emas. Padahal peluang Indonesia menambah medali hampir dipastikan tertutup lantaran saat ini tinggal menyisakan satu cabang saja yakni sepeda bmx.

Chef de Mission Olimpiade, Raja Sapta Oktohari, mengatakan meski hasil yang diperoleh belum tidak sepenuhnya sesuai target, namun para atlet sudah berjuang dengan baik di Rio de Janeiro. Mereka juga telah menjadi duta untuk bangsa Indonesia.

"Sejauh ini saya melihat para atlet sudah berjuang untuk mengharumkan nama bangsa di kancah multievent tertinggi di dunia. Jika membandingkan dengan populasi Indonesia, keberadaan 28 atlet ini sangatlah kecil tetapi mereka sudah menjadi duta kita. Selain itu, masuk Olimpiade bukan hal yang mudah karena ajang ini bukan cuma tentang perolehan medali tapi gengsi satu negara di antara negara-negara di dunia. Bahkan Timor Leste saja mengirimkan 3 atlet," kata Oktohari lewat pesan singkatnya, Kamis (18/8/2016).

Hal positif yang dinilai oleh Raja Sapta Okto dari kontingen Indonesia di Olimpiade 2016 ini adalah persiapan yang lebih baik. Meski masih ada masalah di sana-sini, dia menilai sudah banyak perbaikan terjadi dibanding ajang multievent sebelumnya.

Jika sebelumnya Chef de Mission (CdM) ditunjuk jeda beberapa hari menjelang pengukuhan kontingen, tidak kali ini. Okto yang juga merupakan Ketua Umum PB ISSI dan bos Mahkota Promotion, diberi mandat sebagai CdM jauh-jauh hari sebelum pengukuhan kontingen. Bisa dibilang waktu Okto sejauh ini terkuras untuk menyiapkan kebutuhan atlet.

"Harta terbesar saya sudah saya kasih, Waktu! Satu bulan meninggalkan semuanya untuk mengurusi ini buat saya mahal sekali. Tapi terbayar medali dengan medali yang kita dapat dalam kompetisi Olimpiade. Selain itu, ada juga cost di awal yang sudah dibagikan karena perjalanan masih panjang," kata Okto.

Perbaikan lainnnya adalah pemberian bonus awal kepada para atlet yang lolos dengan jalur kualifikasi sebesar Rp 100 juta. Di luar itu, uang saku yang sudah dibagikan sebelum atlet tiba di bandara Soekarno-Hatta. Tidak lagi dalam rupiah, tapi dalam lembaran USD, tidak lagi saat atlet tengah repot mendorong koper besar di bandara.

Menilik persiapan multievent sebelumnya, persiapan para atlet dan PB kerap amburadul. Dimulai dari uang saku yang tak lancar, peralatan latih dan tanding yang tak kunjung datang, bahkan masih adanya negosiasi cabang olahraga sampai menjelang keberangkatan selalu menjadi cerita yang kerap terulang.

Menpora Imam Nahrawi pun punya caranya sendiri untuk memotivasi atlet sebelum keberangkatan mereka menuju Rio. Atlet peraih medali emas sudah disiapkan bonus yang luar biasa besar yaitu Rp 5 miliar, perak Rp 2 miliar, dan perunggu Rp 1 miliar. Pemerintah disebut Okto sudah jauh lebih perhatian kepada atlet. "So far oke semua. Uang saku tidak telat, (peralatan) tidak ada yang telat," sebut Okto.

Meski begitu, Oktohari tetap memberikan catatannya sebagai pembelajaran di multievent berikutnya. "Kita punya referensi yang bagus di Olimpiade ini sehingga Asian Games 2018 mestinya bisa bagus. Dan Olimpiade 2020 di Jepang bisa lebih siap lagi," ungkapnya.

Persiapan multievent disebutnya bisa dibuat lebih matang jika Indonesia memiliki guidence. "Contoh yang kecil saja soal atribut. Atlet kita harusnya bisa lebih lengkap. Ini payung tidak ada, raincoat tidak ada, rompi juga. Padahal waktu sudah lumayan jauh, tidak telat hanya mepet saja. Kami bisa saja beli di sini tetapi tetap saja berbeda. Atlet maupun maupun pelatih juga harus dibekali dengan kemampuan bahasa. Kalo engga mereka susah berinteraksi," pungkasnya.
Oktohari Bangga Dengan Prestasi Atlet Indonesia Oktohari Bangga Dengan Prestasi Atlet Indonesia Reviewed by ayu semok on 12:40 Rating: 5

No comments:

Note: only a member of this blog may post a comment.

Image and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPic
Powered by Blogger.