Elvira : "Pemerintah Perlu Mengkaji Ulang Kenaikan Harga Rokok"
BANDAR Q - Terkait beredarnya kabar tentang kenaikan harga rokok hingga Rp 50,000/bungkus, kian membuat kalangan industri rokok kebingungan. Selain itu pemerintah juga memang berencana menaikkan cukai, namun masih belum ada keputusan yang pasti.
Kata Head of Regulatory Affairs, International Trade and Communications PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) Elvira Lianita, kenaikan harga drastis maupun kenaikan cukai secara eksesif bukan merupakan langkah bijaksana. Karena, setiap kebijakan yang berkaitan dengan harga dan cukai rokok, perlu mempertimbangkan banyak aspek yang cukup komprehensif.
"Aspek tersebut terdiri dari seluruh mata rantai di Industri tembakau nasional (Petani, Pekerja, Pabrikan, Pedagang, dan Konsumen), sekaligus juga harus mempertimbangkan kondisi industri dan daya beli masyarakat saat ini," kata Elvira melalui rilis kepada media di Jakarta, Minggu (21 agustus 2016).
Elvira bilang, kebijakan cukai yang terlalu tinggi bakal mendorong harga rokok menjadi mahal, sehingga tidak sesuai dengan daya beli masyarakat. Jika harga rokok mahal, lanjutnya, maka kesempatan ini akan di gunakan oleh produk rokok ilegal yang di jual dengan harga sangat murah. Ini bisa terjadi lantaran, industri rokok ilegal tersebut tidak membayar cukai.
Untuk di ketahui, catatan pentingnya adalah dengan tingkat cukai saat ini, perdagangan rokok ilegal mencapai 11,7%. Akibatnya, kerugian negara di taksir mencapai Rp 9 triliun (berdasarkan studi dari berbagai Universitas nasional).
"Hal ini tentu kontraproduktif dengan upaya pengendalian konsumsi rokok, peningkatan penerimaan negara, dan perlindungan tenaga kerja," ungkapnya. Terkait dengan harga rokok di Indonesia yang di bandingkan dengan negara-negara lain, maka perlu di lakukan kajuan yang menghitung daya beli masyarakat di masing-masing negara.
Jika kita membandingkan harga rokok dengan pendapatan domestik bruto (PDP) perkapita di beberapa negara, maka harga rokok di Indonesia lebih tinggi di bandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
 |
| CUKAI |
"Aspek tersebut terdiri dari seluruh mata rantai di Industri tembakau nasional (Petani, Pekerja, Pabrikan, Pedagang, dan Konsumen), sekaligus juga harus mempertimbangkan kondisi industri dan daya beli masyarakat saat ini," kata Elvira melalui rilis kepada media di Jakarta, Minggu (21 agustus 2016).
 |
| Pembuatan Rokok |
Untuk di ketahui, catatan pentingnya adalah dengan tingkat cukai saat ini, perdagangan rokok ilegal mencapai 11,7%. Akibatnya, kerugian negara di taksir mencapai Rp 9 triliun (berdasarkan studi dari berbagai Universitas nasional).
"Hal ini tentu kontraproduktif dengan upaya pengendalian konsumsi rokok, peningkatan penerimaan negara, dan perlindungan tenaga kerja," ungkapnya. Terkait dengan harga rokok di Indonesia yang di bandingkan dengan negara-negara lain, maka perlu di lakukan kajuan yang menghitung daya beli masyarakat di masing-masing negara.
Jika kita membandingkan harga rokok dengan pendapatan domestik bruto (PDP) perkapita di beberapa negara, maka harga rokok di Indonesia lebih tinggi di bandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Elvira : "Pemerintah Perlu Mengkaji Ulang Kenaikan Harga Rokok"
Reviewed by ayu semok
on
15:04
Rating:
Reviewed by ayu semok
on
15:04
Rating:
No comments:
Note: only a member of this blog may post a comment.