Nasib Ahok Bisa Berakhir Buruk Dalam Pilkada 2017 Mendatang
Tiga partai politik diprediksi bisa saja sewaktu-waktu mereka bakal meninggalkan calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Jika hal ini terjadi Ahok akan (berakhir) tragis dan gigit jari tanpa partai pendukung dalam Pilkada 2017 mendatang.
Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun mengatakan, diantara tiga partai pendukung Ahok yakni Golkar, Hanura, dan Nasdem, Golkar lah yang paling berpotensi meninggalkan Ahok karena kader internal partai yang tidak satu suara.
"Golkar itu cara berpolitiknya cenderung pragmatis dan akomodatif. Jadi begitu trennya PDI Perjuangan berhasil mencalonkan Risma (Tri Rismaharini), misalnya, Golkar akan menimbang-nimbang untuk meninggalkan Ahok," tutur Ubed, sapaan Ubedilah Badrun di Jakarta, Jumat (12/8/2016).
Menurut dia, kemungkinan partai politik meninggalkan Ahok sangat besar karena mantan bupati Belitung Timur itu memiliki kelemahan yakni arogansi personal dan dinamika politik yang terlalu "liar".
Ahok yang sebelumnya merupakan kader Partai Gerindra, memutuskan keluar dari partai tersebut pada 2014 karena perbedaan pendapat tentang RUU Pilkada.
Selain Gerindra, Ia pun kembali "meninggalkan" relawan Teman Ahok, yang saat itu memutuskan maju dalam Pilkada DKI 2017 melalui jalur partai. Padahal, Teman Ahok sudah bekerja keras dengan mengerakan relawan tersebut dalam memperoleh satu juta KTP dukungan agar Ahok bisa maju secara independen dalam Pilkada 2017 mendatang.
Dengan dua preseden buruk tersebut, PDI-P yang semula membuka peluang untuk mendukung Ahok, kini terkesan menjauh dari mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu.
Terlebih, setelah Ahok menolak undangan pendaftaran calon gubernur DKI oleh PDI-P, sesuai mekanisme internal partai berlambang banteng itu.
Menurut Ubed, sepak terjang Ahok yang terkesan melecehkan partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi, akan berakibat buruk pada pencalonannya sebagai gubernur DKI Jakarta mendatang.
"Ahok akan (berakhir) tragis dan gigit jari. Itu buah dari komunikasi politik yang dia bangun," tutur Direktur Pusat Studi Sosial Politik (Puspol) Indonesia itu.
Sementara itu, partai Golkar, Hanura, dan Nasdem menegaskan akan tetap kompak/solid karena dukungan yang diberikan untuk Ahok telah diputuskan melalui kajian yang matang.
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) |
"Golkar itu cara berpolitiknya cenderung pragmatis dan akomodatif. Jadi begitu trennya PDI Perjuangan berhasil mencalonkan Risma (Tri Rismaharini), misalnya, Golkar akan menimbang-nimbang untuk meninggalkan Ahok," tutur Ubed, sapaan Ubedilah Badrun di Jakarta, Jumat (12/8/2016).
GOLKAR |
Ahok yang sebelumnya merupakan kader Partai Gerindra, memutuskan keluar dari partai tersebut pada 2014 karena perbedaan pendapat tentang RUU Pilkada.
Selain Gerindra, Ia pun kembali "meninggalkan" relawan Teman Ahok, yang saat itu memutuskan maju dalam Pilkada DKI 2017 melalui jalur partai. Padahal, Teman Ahok sudah bekerja keras dengan mengerakan relawan tersebut dalam memperoleh satu juta KTP dukungan agar Ahok bisa maju secara independen dalam Pilkada 2017 mendatang.
TEMAN AHOK |
Terlebih, setelah Ahok menolak undangan pendaftaran calon gubernur DKI oleh PDI-P, sesuai mekanisme internal partai berlambang banteng itu.
Menurut Ubed, sepak terjang Ahok yang terkesan melecehkan partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi, akan berakibat buruk pada pencalonannya sebagai gubernur DKI Jakarta mendatang.
"Ahok akan (berakhir) tragis dan gigit jari. Itu buah dari komunikasi politik yang dia bangun," tutur Direktur Pusat Studi Sosial Politik (Puspol) Indonesia itu.
Sementara itu, partai Golkar, Hanura, dan Nasdem menegaskan akan tetap kompak/solid karena dukungan yang diberikan untuk Ahok telah diputuskan melalui kajian yang matang.
Nasib Ahok Bisa Berakhir Buruk Dalam Pilkada 2017 Mendatang
Reviewed by ayu semok
on
10:54
Rating:
No comments:
Note: only a member of this blog may post a comment.