Image and video hosting by TinyPic

Bocah Penjaga Palang Pintu Kereta Api di Perlintasan Mojoranu

Selama tiga tahun Muhammad Doni menjaga perlintasan tanpa palang pintu di Desa Mojoranu, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto. Tak sedikit pengalaman buruk yang dirasakan bocah 14 tahun itu. Ini kisahnya.


Saat berbincang dengan salah satu media, Rabu (20/7/2016), Doni mengisahkan kejadian tahun 2007 silam. Saat itu, seorang guru TK dan anaknya tewas tersambar kereta api di Perlintasan Mojoranu. Sejak peristiwa tragis itu, sang kakek, Sahut (80) diminta warga untuk menjaga perlintasan yang tak dilengkapi palang pintu.

Namun, sejak kakeknya memasuki usia senja, Doni semakin terketuk hatinya untuk ikut menjaga Perlintasan Mojoranu. Padahal saat itu, usianya baru menginjak 11 tahun. Tentunya usia yang masih suka bermain dan belum bisa dibebani tanggungjawab menjaga perlintasan.

Sejumlah pengalaman buruk pun dia alami. Salah satunya, ditabrak mobil saat menjaga perlintasan malam hari.

"Saat itu sopirnya tak melihat posisi kaki saya," kata Doni menunjukkan jari jempol kaki kanannya yang terluka.


Perlakuan buruk pun pernah dia terima dari pengguna jalan. Saat itu, kereta api dari arah barat (Jombang) sudah mendekati Perlintasan Mojoranu tempat Doni berjaga. Dari arah utara, melaju kencang dua pemuda berboncengan menuju perlintasan. Karena kereta yang semakin dekat, dia pun meminta pemuda itu berhenti.

Bukannya terima kasih atau uang receh yang dia terima, pemuda itu justru marah dan melontarkan kalimat kotor kepada Doni. "Pemuda itu mabuk, hampir saja ditabrak kereta," ujarnya.

Bahkan, pengalaman mistis pernah dialami saat menjaga perlintasan pada malam hari. Saat itu, kereta api melaju dari arah Surabaya. Pada saat yang sama, Doni melihat sesosok manusia berjalan di tengah rel. Tampak jelas di matanya, tubuh manusia itu ditabrak kereta yang melaju kencang.

"Setelah saya cek, ternyata tidak ada orang di sana," ungkapnya sembari menunjuk lokasi peristiwa ganjil itu terjadi.

Rasa takut seketika menyelimuti hati Doni. Tubuhnya sempat gemetar menyaksikan kejadian ganjil itu. Namun, itu tak membuat Doni lari ketakutan. Apalagi berhenti menjaga Perlintasan Mojoranu.

"Tidak kapok. Saya hanya berdoa dan yakin kalau tidak akan ada apa-apa," ujar bocah bertubuh kurus itu.

Saat ramai kendaraan melewati Perlintasan Mojoranu, Doni berjaga sampai malam. Padahal, sepulang sekolah dia tak pernah absen menjaga perlintasan tanpa palang pintu itu.

Menjaga keselamatan pengguna jalan menjadi tujuan bocah kelas VII MTs itu. Selain itu, dia juga berharap mendapatkan uang receh dari para pengendara untuk dia tabung dan membantu uang belanja ibunya.

Namun, ulah nekat Doni membuat kedua orang tuanya khawatir. Terlebih lagi, Perlintasan Mojoranu terkenal angker di kalangan warga sekitar. Peristiwa ganjil kerap terjadi di perlintasan ini.

"Sering terjadi kecelakaan karena jalan 'dipindah' makhluk halus. Sering mobil masuk sawah karena dikira lewat jalan," terang ayah Doni, Suwaji (41).

Selama perlintasan itu tak berpalang pintu, kata Suwaji, maka dirinya tak bisa melarang Doni untuk berjaga. Untuk itu, dia berharap pemerintah menunjukkan kepeduliannya.

"Kalau ada palang pintunya sudah tak perlu dijaga masyarakat lagi," pungkasnya.
Bocah Penjaga Palang Pintu Kereta Api di Perlintasan Mojoranu Bocah Penjaga Palang Pintu Kereta Api di Perlintasan Mojoranu Reviewed by ayu semok on 16:47 Rating: 5

No comments:

Note: only a member of this blog may post a comment.

Image and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPic
Powered by Blogger.